Subscribe to Comments

Minggu, 10 Mei 2009

SOSOK TGK. ABU BAKAR PULIH ACEH TENGAH

Tengku Abu Bakar Pulih dilahirkan tahun1932 di kampung kebayakan Takengon Aceh Tengah. Setelah menamatkan SR (SD) tahun 1951 di kebayakan, ia masuk Sekolah Rendah Islam (SRI) di Bom Takengon. Kemudian melanjutkan pada Sekolah Menengah Islam (SMI) di tempat yang sama dan ia selesaikan tahun 1954. pada tahun berikutnya ia melanjutkan pada Tarbiyah Islamiyah di Candung Bukit Tinggi, tahun1957 selesai dengan memperoleh ijazah. Kemudian melanjutkan pada Fakultas Syari'ah Universitas Al Wahliyah di MedanSumatera Utara, dan ia selesai pada tahun 1966.
Pada tahun 1958 Abu Bakar Pulih mengajar di Qismul 'Ali Al Washliyah di medan. Pekerjaan tersebut ia tekuni selama 9 tahun, karena tahun 1967 ia pindah kembali ke Takengon. Dalam periode 1967-1972 ia mengajar di Al Washliyah Takengon. Selain mengajar, sejak dari medan ia juga aktif memberikan ceramah dan pengajian-pengajian di berbagai tempat.
Demikianlah aktivitas dan pengabdian Tengku Abu Bakar Pulih, tanpa mengenal lelah, ia telah memberikan tenaga dan fikiran untuk pendidikan, teristimewa pendidikan agama.
Tengku Ahmad Damanhuri (Silang)
Tengku Ahmad Damanhuri terkenal dengan panggilan Tengku Silang, ia hidup dalam tahun 1915-1940-an, ia adalah pendekar ulama tradisi di Tanah Gayo yang kemudian disebut Kaum Tua. Golongan tersebut mendominasi kehidupan beragama sepanjang tahun 1930-an di Gayo.
Tengku Ahmad Damanhuri adalah seorang diantara santri terbaik dari Tengku Muhammad Saleh Pulokitun. Ia juga murid terbaik dari Sulaiman Al Rasuli di Candung Bukit tinggi, Sumatera Barat.
Pada tahun 1938, Tengku Ahmad Damanhuri mendirikan Madrasah Tarbiyah Islamiyah di Kebayakan Takengon. Sedang pesantren yang ia dirikan disebut pesantren Mersah Atu. Berdirinya lembaga ini sangat besar artinya bagi pertumbuhan pendidikan islam di Tanah Gayo, karena sejak itu perbaikan sistem pendidikan tradisional yang umumnya dilakukan di mesah dan joyah, akhirnya secara berangsur-angsur beralih ke sistem madrasah yang dalam pengertian sekolah. Ini berarti terjadi juga peralihan dari duduk bersila menjadi duduk dibangku dalam ruangan kelas yang berpetak-petak. Akhir tahun 1938 di bangun lagi sebuah Madrasah Tarbiyah Islamiyah di Kutekering (Kutelintang) di atas tanah wakaf Tengku Bahgie Cut alias Tengku Lah. Pimpinan sekolah tersebut dipercayakan juga pada Tengku Ahmad Damanhuri alias Tengku Silang.
Bedirinya lembaga ini, bukan saja membawa perobahan dalam sisetem pendidikan, tetapi juga telah menguatkan faham Islam tradisi, yang kemudian golongan ini disebut Kaum Tue. Golongan ini mendominasi kehidupan beragama sepanjang tahun1930-an di Gayo.
Sementara itu, tahun1938 Tengku Abd Jalil mendirikan Taman Pendidikan Islam di Takengon. Berdirinya lembaga tersebut, selain pendidikan, juga membawa faham baru, yaitu ajaran yang mengembalikan ajaran Islam secara total kepada proporsi yang sebenarnya, yang kemudian disebut Kaum Mude.
Berdirinya sekolah dan lembaga pendidikan Islam dari berbagai golongan dan faham ke Islaman yang tumbuh subur, akhir tahun 1930-an, telah menimbulkan persaingan antara satu dengan yang lain. Persaingan Kaum Tue dan Kaum Mude telah bermuara di arena pertengkaran yang tiada berujung.
Pada tahun 1939, konflik faham keagamaan ini mencapai puncaknya (lihat Tengku Abd Jalil). Reje Zainuddin, Kejurun Bukit menjadi sponsor perdebatan antara Kaum Tue yang diwakili oleh Tengku Ahmad Damanhuri dan Tengku Khatib Toweran dengan Kaum Mude yang diwakili oleh Tengku Abd Jalil dan Tengku Muchlis yang berlangsung di kantor Kejurun Bukit Mampak Kebayakan. Sedang dewan juri diantaranya: Ampun Zainuddin (ketua), Ampun Mahreje (moderator), Tengku Khalidin Hakim (anggota), Abu Mu'min (anggota), Mohammad Mochtar dan Haji Mustafa Salim (anggota). Agenda utama perdebatan adalah masalah talkin dan kenduri.
Perdebatan ini merupakan gelanggang pertengkaran, karena saling melontarkan predikat kafir dan muertad. Namun tanpa adanya penyelesaian menang atau kalah. Masing-masing pihak menganggap bahwa fahamnyalah yang paling benar.
Demikianlah peranan Tengku Ahmad Damanhuri, Tengku Silang seorang ulama yang telah meletakkan dasar pendidikan moderen di Tanah Gayo. Juga telah mengukuhkan faham tradisional menjadi kelompok yang bertahan sampai dewasa ini. Selain itu, Tengku Ahmad Damanhuri adalah tokoh pendiri dan pimpinan PUSA Cabang Aceh Tengah.

Comments :

0 komentar to “SOSOK TGK. ABU BAKAR PULIH ACEH TENGAH”


Posting Komentar